Jumat, 29 Juli 2022

Curhat Skuy: Dialog Diri part 1

*Disclaimer: Tulisan ini terinspirasi dari perjalanan hidupku hari ini. Datang ke RS Kauvery untuk kedua kalinya untuk mengecek apa yang terjadi. Ngerepotin Khusbu dan Mbak Reta. Sempat mewekk akibat pagi hari mimpi ketemu ayah. Lelah dengan semua yang aku rasakan, aku memutuskan berdamai dengan keadaan.

Bisa dibilang hari-hari ini aku sempat kehilangan diriku sendiri. I don’t know who I am, I don’t know what I want, bener-bener literally kayak kehilangan arah. Everything happens so fast. Mulai dari kepergian ayah, proses seleksi beasiswa S2 di India, persiapan berangkat, hingga mendarat di Gandhi Land.

Iya, aku merasa proses kemarin belum selesai. Grieving ditinggal ayah pergi masih ku rasakan sampai sekarang. Aku belum bisa berdamai dengan diriku sendiri. Ya, masih ada rasa penyesalan karena kepergian ayah yang begitu cepat. Aku merasa gagal menjadi anak. Aku tidak menemaninya dengan layak di sisa akhir hidupnya, heyaaa, ngetiknya sambil mewek.

Sampai di India tak sendah yang ku bayangkan. Mulai dari perkuliahan yang begitu sulit ku pahami. Teman India yang selalu pakai bahasa Hindi, hingga makanan yang bikin nanges karena gak sesuai dengan perut dan mungkin lidah kita. Belum lagi apa-apa di India yang serba lelet dan lemoot. Masya allah, bener-bener menguras emosi sekalee. Ngurus sim card dari jam 11 siang hingga jam 4 sore. Sistem administrasi serba ribet, masya allah, bikin ngelus dada setiap hari.

Dari semua itu akhirnya badanku memilih give up dan melambaikan tangan pada kamera. Ya, tubuhku mulai ringkih. Perutku meronta kesakitan akibat setres yang aku rasakan, ya setres itu aku pikul sendiri. Sempat USG ke dokter katanya kena polisistik apa gitu yang nyebabin mensnya nggak lancar. Eh sekali haid keluarnya sampai tiga minggu. Ditambah lagi ada kombinasi semacam gastro blab la yang ngebikin perut sakiit banget. Ya aku sangat menyadari ini ulah ku sendiri, akibat terlalu setres dan overthinking.

I am so lucky karena hari ini bisa menelpon Jelita dan menceritakan keluh kesahku. Jelita, sahabatku sejak kuliah S1 dengan wisdomnya mengingatkanku akan sesuatu, sesuatu yang membuka mataku. Terlebih pikiranku. Ya, malam ini aku berdialog lagi dengan diriku sendiri tentang apa yang ku mau dan tentang apa yang ku rasakan.

“Nggak papa jika kamu memang merasa bersalah, kamu memang melakukan itu. Tapi itu sudah berlalu, kamu mau apa? Rasa bersalahmu tidak akan mengubah keadaan!”

“Kehidupan setelah mati adalah kehidupan terindah di mana makhluk akan bertemu dengan Tuhannya. Ayahmu sudah bahagia dan tidak perlu menderita akibat tak bisa menahan kepahitan hidup”.

 

“Tuhan lebih menyayangi ayahmu, jangan membebani kebahagiaannya di alam sana. Ayahmu sudah tenang dan bahagia,”

“Semua yang terjadi di sekitarmu tidak bisa kamu kontrol. Mereka bukan tanggung jawabmu. Relakan segala sesuatu yang memang tidak bisa kamu atur, let them go. Bukan urusanmu dan bukan kewajibanmu memperbaiki sesuatu hal rusak yang tidak kamu lakukan”

“Kamu harus beryukur. Kamu beruntung bisa sejauh ini, nggak banyak lho yang bisa mendapatkan beasiswa ini. Kamu harus kembali fokus pada hidupmu, itulah salah satu caramu mensyukuri nikmat yang telah diberikan tuhanmu”

“Hiduplah di masa sekarang. Jalani apa yang ada di depan mata. Maafkanlah masa lalu, dan jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Ada tuhan yang selalu di sisimu”

“Hiduplah secara nyata, jangan di dunia maya. Kamu manusia, bukan mesin pemajang kebahagiaan di media onlen, wakakakakka”

“Kamu tidak sendirian. Ada Tuhanmu yang selalu menjaminmu. Tuhanmu yang maha kuasa mampu mengatur alam ini dan seisinya, masak mengatur hidupmu saja tak bisa?”

“Aku tahu kamu memang merasa sendirian. Aku tahu kamu memang lelah dan ingin segera menikah dan bertemu jodohmu. Tapi, bukankah kamu mau menikah hanya sekali? Bukankah kamu mencari sosok yang tepat dengan memantaskan diri? Santai aja lagi, jangan terburu-buru”

“Nikmati hidupmu saat ini,” kata Pakaaa yang sudah kuamini, wakakakak.

“Kamu punya value, someone harus notice itu. Jika tidak, he’s not your man, sesimpel itu”

“Lakukan apapun yang kamu mau. Kamu berhak bahagia”

“Jangan pernah berekspektasi apapun pada orang lain, fokuslah pada dirimu sendiri”

“Semangat sembuh, kamu pasti bisa. It takes time indeed, santai saja. Nikmati prosesnya, seize the day”

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar