Kamis, 14 Oktober 2021

 Menggunakan Florish untuk Visualisasikan Ranking Pondok di Kota Santri, Jombang

 

Kabupaten Jombang, Jawa Timur adalah salah satu daerah di Indonesia yang dijuluki sebagai Kota Santri. Pasalnya, terdapat beraneka representasi simbol Islam di kabupaten yang terkenal akan makam Gus Durnya itu. Salah satunya adalah pondok atau penjara suci yang mendominasi kabupaten dengan kearifan lokal Durian Wonosalamnya itu.

Melansir dari laman Kemenag, di Jombang pada tahun 2021 terdapat 119 pondok dengan ratusan santri dan ustaz. Melihat jumlah ini, alangkah menariknya jika mengetahui posisi ranking jumlah pondok di Jombang dibandingkan dengan skala nasional. Sementara, selain pondok, jumlah sekolah formal berbasis madrasah juga menjamur. Karenanya, dibuatlah rasio perbandingan ustaz dengan guru, serta santri dengan sekolah formal di Jombang pada tahun 2021.

Jurnalis menggunakan perangkat google spreadsheet untuk mengumpulkan dan mengolah data. Di sisi lain, Flourish digunakan untuk menampilkan visualisasi data yang ada. Berikut langkah-langkah yang dilakukan.

Mengumpulkan data tentang angka pondok, santri, ustaz, guru, dan siswa di sekolah formal pada tahun 2021 di Jombang dan nasional. Data yang terkumpul sering kali tidak sama formatnya. Oleh karena itu perlu disamakan dalam satu format.

Hal yang paling umum dilakukan adalah memindahkan data-data tersebut dalam satu file di google spreadsheet. Ada 3 data yang dikumpulkan yaitu jumlah pondok di Jombang, pondok dalam skala nasional, santri di Jombang, dan siswa di sekolah formal.

https://public.flourish.studio/visualisation/7535635/ 


https://public.flourish.studio/visualisation/7535733/


https://public.flourish.studio/visualisation/7535817/


https://public.flourish.studio/visualisation/7535894/

Selasa, 24 Agustus 2021

Ikut Seminar AJI Jurnalis Bermedsos: Etika, Manfaat dan Risikonya Dapat Apa?


 


Holaaaa folks! Yaaa, kali ini aku bakal sharing ilmu yang aku dapet dari seminar AJI (Aliansi Jurnalis Independen) yang aku ikutin. Judulnya udah aku taruh di atas. Seminar ini dihelat pada Selasa, 24 Agustus 2021 pukul 10.00 WIB sampe 12.30 WIB via Zoom.

Seminar daring itu mengundang sejumlah speaker yang ketjeh abis. Antara lain Abdul Manan, Ketua Majelis Etik Nasional AJI Indonesia, Dewi Safitri, S&P Specialist CNN Indonesia dan Fajriani Langgeng, Direktur LBH Pers Makassar. Seminar yang berlangsung di zoom itu dipandu oleh Prawira Maulana, Ketua AJI Palembang.

Wokkeee, kenapa sih kok tertarik ikut ini? Ya, pertama kali aku lihat posternya aku udah tertarik dengan topik yang akan dibahas. Selain itu, sebagai pengikut setia AJI Indinesia di Instagram haram hukumnya gak ikut webinar apa pun yang diadakan AJI, wkwkwk.

Nah, di seminar ini aku belajar banyak hal ya tentang bermedsos. FYI, saat ini aku bekerja sebagai jurnalis. Menurutku jurnalis dan medsos itu saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kita sering menggunakan medsos sebagai media untuk gali ide untuk liputan dan nulis berita.

Di sisi lain, di balik itu ada masalah yang mengintai. Salah satunya jika jurnalis mengeluarkan unek-uneknya akan isu tertentu di sosmednya. Berikut aku bahas di bawah ini ya.

Dari penjelasanan mas Manan, kita boleh mengekspresikan segala keluh kesal kita atau kritik di medsos tapi dengan penuh kehati-hatian. Tepatnya dengan tetap mempertimbangkan profesionalisme. Jika kita terlalu resisten terhadap kelompok atau orang tertentu, hal tersebut justru merugikan bagi diri sendiri. Sometimes, jurnalis butuh konfirmasi dari beberapa pihak. Jangan sampai karena cuitan kita, akses menuju ke narasumber terbatasi karena kecerobohan kita.

Lanjut ke pemaparan mbak Dewi. Mbak Dewi menggaris bawahi jika informasi apa pun yang kita tulis di media sosial bukanlah untuk konsumsi pribadi saja. Melainkan untuk ‘publik’. Di sini terjadi bias tiga identitas. Adalah sebagai jurnalis, media tempat jurnalis bekerja, dan jurnalis itu sebagai sosok individu yang tidak terafiliasi dengan pekerjaannya.

Sebab, publik tidak mau membedakan ketiga identitas tersebut. Mereka mencampur ketiga entitas di atas menjadi satu. Mereka saling mengaitkan dan menghubungkan satu sama lain. Sehingga pembeda atas profesional dan personal kabur. Tak heran, integritas dan independensi jurnalis selalu dipertanyakan atas segala cuitannya.

Misal, ada jurnalis A memposting kecintaannya kepada anime One Piece. Jika suatu saat tulisan jurnalis A itu bermasalah publik akan menganggap jika penyebabnya adalah jurnalis tersebut penggemar anime. Sehingga pantas saja tulisannya tidak berkualitas dan tidak memiliki integritas.

Ini tidak hanya berpengaruh individu itu sendiri. Juga media tempat jurnalis A bernaung. Mbak Dewi pun membagi tips agar aman dan selamat saat berselancar di medsos.

Pertama, Ingatlah akan Reputasi, Reputasi dan Reputasi. Hindari lah keributan yang tak perlu. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Kedua, bersikaplah profesional dan tidak memihak siapa pun. Sehingga, hindarilah topik SARA, kontroversi politik, fraud, seksual, isu kepegawaian, dan endorsmen komersial. Yang perlu diingat, layarmu adalah ekspresimu. Sekali dipublish tak bisa dihapus. Masih ada jejak digital yang terekam.

Pasalnya, banyak kasus jurnalis yang dipecat hingga dipenjarakan akibat cuitannya yang dianggap terlalu frontal. Bahkan dituding kontra pun pro pada pihak tertentu. Begitu bahayanya menggunakan media sosial jika tidak bijak.  

Lalu, bagaimana jika ingin berekspresi atas tidak puasnya terhadap sesuatu? Misal pada kinerja pemerintah?

Dalam hal ini mas Manan menanggapi dengan cara memproduksi karya jurnalistik. Atau membagikan berita bermutu dari media lain atas isu tersebut. Jika ingin menambahkan komentar, haruslah bernada netral dan tidak memihak. Sehingga tidak terlalu frontal menunjukkan posisinya.

Sedangkan, mbak Dewi menyebut profesi jurnalis sendiri itu sudah beresiko. Dengan tulisan kita sudah banyak musuh kita. Jadi jangan ditambah dengan kecerobohan kita bermedsos yang mampu menjerumuskan kita sendiri dengan mudah diserang pihak yang tidak suka dengan kita. Jadi tetap bijak ya gaes dalam bermedsos, khusunya bagi para jurnalis seperti kita. 

 

Minggu, 22 Agustus 2021

Tugas Opini Reporting 2 : Hujatan Netizen Milenial di Medsos, Kritis atau Sensasi


 

Hujatan Netizen Milenial di Medsos, Kritis atau Sensasi?

Ilustrasi kritik di media sosial (Foto: google)


Pada awal Juni 2021 lalu, jagat dunia maya gempar. Sinetron Zahra yang tayang di Indonesiar ramai dibicarakan publik. Tagar Zahra pun sempat menjadi topik populer di media sosial Twitter dengan ribuan cuitan. Netizen menyoroti adegan ranjang yang dilakukan oleh kedua pemain utamanya. Adalah Tirta dan Zahra.

Dikisahkan Tirta adalah pemilik kebun teh yang menjadi bos ayah Zahra. Karena memiliki kekayaan yang melimpah, Tirta memiliki dua orang istri. Yaitu Ratu dan Putri. Suatu hari, ayah Zahra terpaksa utang ke Tirta. Lantaran tidak bisa membayar, Tirta meminta ayah Zahra melunasi utangnya dengan menikahkannya dengan Zahra yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Zahra awalnya menolak. Namun, karena tidak memiliki pilihan lain Zahra terpaksa menerima opsi tersebut. Akhirnya Zahra menjadi istri ketiga Zahra. Tirta diperankan oleh Panji Saputra yang dalam dunia nyata berusia 39 tahun. Sedangkan Zahra dimainkan Lea Chiarachel Forneaux, remaja blasteran Indonesia-Prancis (14 tahun).

Mengetahui fakta ini warganet murka. Adegan ranjang yang Tirta dan Zahra lakukan dalam sinetron dianggap tidak etis. Bahkan, para peselancar internet itu menganggap Zahra mengkampanyekan pedofil dan poligami. Akibatnya netizen membanjiri kolom komentar kanal Youtube Indosiar dengan hujatan.

Hal serupa ditemuka di media sosial berlogo burung berkicau, di sana penuh aduan para warganet. Mereka meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun tangan. Tak berselang lama, KPI memanggil pihak Indosiar. Pemeran Zahra akhirnya diganti dengan aktris yang usianya di atas 18 tahun. 

Yang menjadi pertanyaan, apakah hujatan warganet tersebut merupakan sebuah bukti nalar kritis para milenial? Ataukah itu hanyalah sebuah sensasi? Kenapa milenial yang disinggung? Berdasarkan riset dari The Millenial Generation Research Review, milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1980-1999. Generasi ini lahir pada masa teknologi tumbuh subur di Indonesia. Pemanfaat teknologi terbiasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketergantungan pada ‘gadget’ dianalogikan seperti bernafas bagi mereka.

 

Generasi Terbuka, Bebas, Kritis, dan Berani

Lantaran paparan teknologi intensitasnya lebih tinggi jika dibandingkan generasi pendahulunya, misalnya saja ‘baby boomer’ yang lahir pada era setelah perang dunia kedua (1946-1964) hal ini berpengaruh pada pola pikir milenial. Mereka memiliki karakter yang disebut boundary less alias tak mengenal batas. Akibatnya generasi ini cenderung terbuka, bebas, kritis, berani, dan toleran. Tak hanya itu nilai positif lainnya yang mereka miliki adalah perasaan ingin terhubung, kreatif, dan aktif memakai teknologi.

Kembali ke hujatan yang mereka lontarkan di media sosial (medsos), menurut saya itu bukanlah sensasi belaka. Melainkan contoh nyata kekritisan milenial zaman now. Bukan tanpa alasan, jika kita menengok ke belakang pada tahun 2002 ada sinetron dengan tema serupa. Judulnya ‘pernikahan dini’ yang diperankan penyanyi Agnez Mo yang kala itu masih 15 tahun dan Sahrul Gunawan berusia 25 tahun.

Dulu, media sosial penggunaannya belum semasif sekarang. Sehingga belum ada wadah yang tepat untuk menampung luapan ekspresi dan aspirasi para netizen. Berbeda dengan sekarang. Terlebih generasi ‘baby boomer’ menganut ideologi konservatif yang tidak menyukai kritik dan konflik. Sehingga mungkin mereka memilih diam. Atau mungkin menyelesaikan masalah secara diplomatis.

Saya sebut milenial kritis lantaran berani dan tanggap dalam menyikapi fenomena yang terjadi saat ini. Netizen merasa bebas berekspresi dengan menuliskan segala pemikiran mereka. Mereka mulai melek dan tanggap, warganet pikirannya sudah terbuka. Mereka tidak bisa menoleransi poligami dan pedofil, kedua isu yang masih marak di negeri ini.

Akhirnya mereka memprotes dengan menyuarakan suaranya melalui platform medsos agar pihak berwenang pada bidang penyiaran menanggapi. Bak gayung bersambut, KPI sigap dan bertindak cepat agar bola panas yang bergulir tidak sampai meledak. Langkah milenial ini didengar. Satu perubahan membangun pun berhasil terwujud.

Jadi, aksi netizen di atas merupakan buah dari berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditemukan oleh Richard W Paul. Dalam bukunya yang berjudul Logic as Theory of Validation: An Essay in Philosophical Logic, berpikir kritis adalah proses disiplin-intelektual yang menuntut individu terampil dan aktif dalam berbagai aspek. Mulai dari memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan/atau mengevaluasi informasi berdasarkan observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, hingga komunikasi yang dilakukan.

Warganet menganalisis, lalu mengevaluasi nilai pedofil dan poligami dalam sinetron Zahra berdasarkan observasi dan pengalaman, kemudian mereka mengambil tindakan dengan menyatakan ketidaksetujuannya.

 

 




 

 

 

 

Selasa, 27 Juli 2021

Tugas UAS Voxpop

 Awkeh,, jadi aku terpilih menjadi salah satu narasumber temen untuk tugas pengganti UAS (ujian akhir semester). Mereka mau buat vox pop ala-ala gitu, nah berikut aku lampirin link-nya. Semoga bermanfaat, wkwkw.


Pendapat oree terkait drama Korea Racket Boys: https://youtu.be/oUvMux2R3GY


Ini link satunya, wkwkw. Ini ketika ako diminta kasih testimoni kayak gimana rasanya jadi mahasiswa yang juga nyambi kerja. Vox pop kuliah sambil kerja: https://youtu.be/2ePsCgWpg_g

Minggu, 11 Juli 2021

Brosur Tugas Diskusi Online Mata Kuliah Reporting 2


berikut saya sisipkan link untuk hasil diskusi seminar ini: https://youtu.be/YCQMPOYQuQE

Tugas Membuat Karya dari Media Baru (Diskusi Online di Zoom)

 Proposal Rancangan Tugas ‘Diskusi Online’ sebagai pengganti Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Reporting II.

 

Diskusi online tersebut berjudul “Kisah Pelajar Indonesia di 3 Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi Dunia”.

 

 

Oleh Rizqi Mutqiyyah | 18.01.0029

 

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

(STIKOSA-AWS) 2021

 

 

 

Latar belakang

Sebagai tugas pengganti UAS, saya memilih webinar atau diskusi online. Diskusi online ini rencananya akan diselenggarakan melalui Zoom Meeting pada Kamis, 15 Juli 2021 pukul 19.00 WIB/ 7 PM waktu Indonesia. Saya memilih mengadakan diskusi online karena beberapa alasan, salah satunya praktis.

Selain itu, perlu diketahui di Indonesia kasus covid-19 saat ini ada 2.09 juta jiwa dengan total 1.84 juta sembuh dan 56.729 meninggal. Covid di Indonesia semakin mengkhawatirkan sejak adanya varian delta dari India yang menular enam kali lebih cepat dibandingkan dengan varian alpha yang berasal dari Inggris. Hanya butuh 5-10 detik saja untuk varian delta ini menular.

Melansir pada Worldometer pada Minggu, 27 Juni 2021 Indonesia masuk dalam daftar pertama negara penyumbang kasus covid tertinggi di dunia dengan angka 21.342 dalam sehari. Disusul dengan Rusia, 20.538, di urutan ketiga Iran dengan 9.758 kasus baru. Kemudian, Filipina bertambah 6.096 kasus dan Malaysia bertambah 5.586 kasus baru.

Mengkutip dari laman covid-19.go.id per 6 Juni 2021, berikut keempat provinsi dengan kasus covid tertinggi. 

1. DKI Jakarta Positif: 432.799 Meninggal: 7.256 

2. Jawa Barat Positif: 317.899 Meninggal: 4.281

3. Jawa Tengah Positif: 203.250 Meninggal: 9.332

4. Jawa Timur Positif: 155.806 Meninggal: 11.442

Meskipun kasus covid-19 nya tinggi sayangnya di Indonesia kesadaran masyarakatnya akan mematuhi 5M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan) masih rendah. Banyak yang tidak memakai masker, masih berkerumun, dan bahkan tidak melakukan vaksinasi.

Misalnya pada klaster di Banyuwangi.  Ada rombongan yang terpapar covid setelah melakukan ziarah wali songo. Dari 98 orang, 61 orang terkonfirmasi positif. Padahal banyak rumah sakit dan tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia kewalahan menangani jumlah pasien covid-19 yang makin hari kian bertambah.

Salah satunya RSUD Bekasi. Sebelumnya viral di media sosial memperlihatkan sejumlah pasien tergeletak di tikar di jalanan.  Ada pula pasien tidur di sebuah mobil pikap lantaran ruangan di rumah sakit tersebut penuh.

Hal serupa juga ditemukan di salah rumah sakit di Pati, Jawa Tengah. Pihak rumah sakit harus menambah jumlah ruangan untuk pasien baru. Namun, jumlah tenaga kesehatan masih terbatas lantaran banyak nakes yang terpapar covid.

Di Jawa Timur sendiri Rumah Sakit Khusus Infeksi Unair ada 90 lebih pasien covid dan yang mengantre tidak mendapat kamar ada puluhan orang. Akibatnya nakes dan dokter yang bertugas sampai tak sanggup.

Senada dengan Rumah Sakit Khusus Infeksi Unair RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto sampai membuat tenda darurat karena jumlah pasien membludak. Awalnya ada tambahan tenda darurat satu di sisi timur. Namun saat ini ada dua tambahan tenda berlokasi di teras rumah sakit. Tenda ini difungsikan untuk pemeriksaan awal pasien yang datang. Sehingga tidak bercampur pasien covid-19 dengan non-covid.

Selain rumah sakitnya yang penuh nakes di sejumlah daerah juga mengaku kewalahan sebab banyak rekan nakes yang terpapar. Nakes ini pun meminta bantuan tambahan relawan untuk merawat pasien. Antara lain nakes di RSUD Bekasi, RSUD dr Soetomo, puskesmas Depok dan RSUD dr Hardjono Ponorogo.

Sebagai solusi Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda mengusulkan pemerintah mempercepat kelulusan mahasiswa kedokteran dan perawat. Tujuannya mahasiswa kedokteran ini bisa diperbantukan sebagai tenaga vaksinator.

Sama halnya dengan Indonesia, melansir kompas.com berikut adalah data negara di dunia dengan kasus covid-19 tertinggi per 25 Juni 2021. Lima negara tersebut adalah berikut:

1. Amerika Serikat.

Terdapat 34.463.714 kasus infeksi, dengan 28.870.721 telah sembuh. Adapun kematian akibat virus corona di AS juga menduduki peringkat pertama secara global, dengan 618.616 kasus.

2. India

Ada puluhan ribu kasus baru harian masih terus dilaporkan di India. Terdapat 51.248 kasus baru dalam satu hari terakhir, membuat keseluruhan infeksi di negara ini sebanyak 30.133.417 kasus. India yang berada di posisi kedua negara dengan kasus tertinggi, melaporkan 29.120.320 kasus telah sembuh dan 393.338 orang meninggal dunia akibat infeksi corona.

3. Brasil

Berdasarkan data yang dilaporkan, virus corona telah menginfeksi sebanyak 18.243.483 orang di Brasil. Dari total kasus tersebut, sebanyak 16.511.701 orang dinyatakan pulih dan virus corona telah menewaskan 509.141 orang di negara ini.

4. Perancis

Sejauh ini, Perancis melaporkan adanya 5.764.329 kasus positif infeksi Covid-19. Sementara itu, infeksi virus corona telah menewaskan 110.906 orang di negara ini.

 5. Turki

 Di Turki terkonfirmasi ada 5.393.248 kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 5.254.708 orang yang terpapar virus telah sembuh dan 49.417 orang dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19.

Mengetahui fakta ini saya berniat membuat diskusi online untuk mengetahui kondisi teman pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di tiga dari lima negara dengan kasus covid-19 tertinggi dunia. Antara lain Amerika Serikat, India, dan Prancis.

Saya ingin mengetahui bagaimana kisah mereka bertahan di ketiga negara itu. Selain itu kebijakan apa saja yang dibuat pemerintah setempat untuk menekan covid-19. Bagaimana suka duka mereka menjalani hidup di masa pandemi yang jauh dari orang tua.

Target audiens saya adalah para milenial. Milenial dalam hemat saya memegang peran penting dalam perubahan. Saya harap dengan adanya diskusi online itu bisa membuka wawasan mereka. Agar lebih mawas diri dan berhati-hati dalam menjaga diri di tengah pandemi. Selain itu, mengajak mereka menjadi agen pembawa perubahan dengan mengajak orang lain agar tidak menyepelekan covid.

Selain itu untuk memberitahu masyarakat tentang kesaksian warga Indonesia di negara dengan kasus covid-19 tertinggi di dunia. Diharapkan diskusi online mampu memberikan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya menjaga diri dari covid.

 

Narasumber: dua perwakilan pelajar yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat, satu perwakilan pelajar dari India, dan satu perwakilan pelajar dari Prancis.

Amerika Serikat

1.     Ulfah Aulyah Idrus, University of Georgia: Mathematics Education, Athens Georgia. Sejak Januari 2021.  

2.     Diyanah Afifah Ramadhaniati. American University: Comparative and Regional Studies, Washington DC sejak Agustus 2019.  

India

Naufal Rizqulloh, Mangalore University: English Literature, Karnataka sejak Juli 2019.

Prancis

Reza Fadli Hamdani. Universite de Starbourg, LLCER parcours neo-hellenique grecque modern. Region Alsace, Prancis Timur sejak Januari 2021.

 


Daftar Pertanyaan:

1.     Kalian berada di US dan India sebelum pagebluk melanda, bagaimana sih transformasi dari normal ke pandemi covid di India dan Amerika? (Naufal & Diyanah)

2.     Perubahan apa saja dan bagaimana saja? Ada kah kebimbangan dan kekhawatiran?

3.     Saat pandemi di sana bagaimana cara menghibur diri?

4.     Prokesnya apa saja dan pembelajarannya bagaimana?

5.     Waktu mau erangkat ke US dan Prancis posisinya sudah pandemi, apa nggak khawatir berangkat ke LN ketika covid-19 masih marak? Pertimbangannya apa akhirnya memutuskan tetap berangkat? Sempat ada drama nggak dengan keluarga? Barang kalai orang tua sempat melarang? Barangkali ada opsi lain ditawarkan kampus untuk pembelajaran daring? (Ulfah & Reza)

6.     Pada saat covid-19 apa kebijakan yang diterapkan pemerintah (US/India/Prancis) untuk Anda sebagai pelajar Internasional?

7.     Di sana ada pembatasan jam malam nggak?

8.     Pembelajarannya bagaimana?

9.     Apakah sempat pulang ke Indonesia?

10.  Kesibukannya apa saja selain menjadi pelajar?

11.  Apakah Anda mengalami dan menyaksikan gelombang dua covid?

12.  Skema vaksinasi? Apakah Anda juga mendapat jatah vaksinasi?

13.  Masyarakat di sana seperti apa?

14.  Mungkin di Georgia dan Washington ada perbedaan kebijakan terkait penangan covid-19?

15.  Pernah menghubungi teman yang berada di state dengan kasus covid-19 tertinggi? Untuk tujuan sharing.

16.  Toko-toko di sana bagaimana jika ada lockdown?

17.  Bagaimana cara Anda bertahan di sana? Logistic dan lain-lain

18.  Bagaimana dengan KBRI dan KJRI di sana? Apakah masih kontak dan support?

19.  Pembatasan apa saja yang dilakukan pemerintah US?

20.  Apa perubahan kebijakan yang diambil pemerintah US?

21.  Apakah Anda sudah divaksin?

22.  Tanggapan Anda terkait covid?

23.  Varian apa saja yang ada di sana?

24.  Bagaimana Anda memantau kabar atau informasi terbaru terkait covid?

25.  Apakah Anda selalu mengikuti berita? Berita apa saja dan kenapa?

26.  Tips untuk bisa bertahan di kala covid?

27.  Momen yang paling mengesankan atau menakutkan, memorable?

28.  Di India sejak Maret-Mei meningkat, Juni berangsur menurun. India mengurangi covid dengan melakukan lockdown, tes antigen, dan meningkatkan vaksinasi apakah benar demikian? Cara Anda bertahan di sana bagaimana?

29.  Pemerintah AS per 13 Mei dan Perancis per 17 Juni mengeluarkan kebijakan baru untuk kelonggaran pelepasan masker, bagaimana pendapat Anda terkait peraturan itu? Di US syaratnya harus sudah menjalani vaksinasi 2x, setelah adanya pelonggaran apakah kasus covid di sana meningkat atau menurun? Apakah kebijakan itu efektif?  Hal ini bertentangan dengan saran ahli di Indonesia yang menyebut pencegahan covid itu wajib pakai masker, bagaimana menurut kalian?

 

Sumber Referensi:

https://nasional.kompas.com/read/2021/06/27/18362601/21342-kasus-baru-covid-19-di-indonesia-cetak-jumlah-tertinggi-di-dunia-hari

https://www.metrotvnews.com/play/bw6C50JP-pasien-covid-19-membludak-rumah-sakit-di-pati-kewalahan
https://www.ngopibareng.id/read/klaster-covid-19-ziarah-wali-di-banyuwangi-61-positif

https://www.ngopibareng.id/read/puluhan-pasien-covid-19-antre-kamar-rs-unair-sudah-ampun-ampun

https://www.ngopibareng.id/read/rsud-kota-mojokerto-penuh-tenda-darurat-jadi-igd-pasien-campuran
https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/084600065/daftar-10-daerah-dengan-kasus-covid-19-tertinggi-di-indonesia?page=all.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/25/17352971/nakes-kewalahan-rsud-bekasi-minta-tambahan-relawan-untuk-tangani-pasien

https://regional.kompas.com/read/2021/06/23/100104978/rsud-cibinong-bogor-kewalahan-tampung-pasien-covid-19-bangun-tenda-darurat?page=all

https://regional.kompas.com/read/2021/06/26/204858778/nakes-rsud-wonogiri-kewalahan-tangani-pasien-bupati-buka-rekruitmen-relawan?page=all

https://www.republika.co.id/berita/qv9lgk377/39-nakes-kena-covid-rsud-arjawinangun-kewalahan

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210625190256-20-659566/dpr-bantu-nakes-percepat-kelulusan-mahasiswa-kedokteran
https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/25/073000865/update-corona-25-juni--5-negara-kasus-tertinggi-indonesia-laporkan-kasus?page=all.

https://www.ngopibareng.id/read/8-negara-lepas-masker-di-tengah-lonjakan-covid-19-varian-delta

Jumat, 30 April 2021

Tugas Praktikum Online

 

Tiga Warung Nasi Cumi Enak dan ‘Ramah Kantong’ di Surabaya

 

 

Akhir pekan bisa jadi waktu yang tepat untuk mengeksplorasi kuliner di Surabaya. Di antara beragamnya menu nusantara, nasi cumi bisa jadi kuliner yang pantas dicoba. Berikut adalah tiga warung nasi cumi  yang wajib dicoba. Selain enak, harganya pun mumer alias murah meriah.  

 

1.     Sego Nyumi Gubeng


Sego Nyumi Gubeng Varian Salteg Egg (Foto: Mutqiyyah Rizqi)

 

Warungnya berada di Jalan Gubeng 2 No. 14 Airlangga, tak jauh dari pusat kota Surabaya. Lokasinya yang strategis dan harganya yang ekonomis membuatnya digandrungi para mahasiswa. Nama Sego Nyumi sendiri mengadaptasi nama yang lokal dan khas Surabaya. Adanya tambahan N dalam kata “Nyumi” membuat namanya tidak terlalu kaku.

 

Penulis mencicipi menu andalannya, yaitu Sego Nyumi Salted Egg. Dari tampilan luarnya sudah begitu menggugah selera. Potongan kecil cumi tepung dilumuri saus telur asin lengkap dengan seiris mentimun dan sambelnya.Pada gigitan pertama, daging cumi lembut berpadu dengan lumernya saus telur asin. Kekenyalan cumi membuat gigi tak berhenti mengunyah. Tingkat gurihnya pas, tidak terlalu asin, menjadikan lidah seolah ingin lagi dan lagi.

 

Nasi cumi ini terasa semakin nikmat dengan cocolan sambal yang beroramakan daun jeruk purut. Sesuap demi sesuap nasi ini pun habis tak bersisa. Sajian terasa sempurna dengan minuman penutup es green tea porsi reguler. 

 

Selain salted egg, tersedia tiga menu lain yang bisa dipilih: nasi cumi hitam, nasi cumi komplet dan nasi cumi geprek. Namun di antara aneka menu itu, yang menjadi favorit adalah nasi cumi salted egg.

 

Salted egg begitu booming dan menjadi tren, apa-apa berbau salted egg. Kami pun turut mengadaptasi konsep tersebut dan kebetulan cocok dengan menu kami,” kata Wino Rahmat Ramadhan, pemilik kedai Sego Nyumi, Kamis, 8 April 2021.

 

Wino berkisah, untuk bisa menemukan menu unggulannya ini, perjalanannya penuh lika-liku. Ia sempat mengubah menu jualannya sampai tiga kali. Awalnya dia menjual bakso, kemudian nasi campur, sampai akhirnya nasi cumi.

 

Dari eksplorasi awal diketahui bahwa bakso ternyata kurang begitu diminati. Wino lantas beralih ke menu nasi campur dengan empat lauk utama: cumi, ayam, telur, dan daging. Di antara ketiga lauk itu, ternyata yang paling laku adalah nasi cumi. Akhirnya  Wino memutuskan berfokus pada varian tersebut.

 

Pria lulusan Teknologi Game PENS ini mengaku berusaha menjaga kualitas cumi jualannya dengan mencari bahan yang segar. Ia membeli cuminya langsung dari nelayan. Untuk bumbu masakannya, memakai resep keluarga.

 

Setiap harinya warung ini buka sejak pukul 11.00 WIB hingga 21.00 WIB. Namun, pada saat puasa pembeli bisa membelinya sejak pukul 16.00 WIB.

 

Satu porsi nasi salted egg ini hanya dibanderol Rp 15 ribu lo. Sedangkan esnya yang berukuran besar dihargai Rp 6 ribu saja. Lumayan irit bukan?  Cocok banget deh untuk para anak kuliahan.

 

“Dari awal buka kami ingin membuat nasi cumi yang ramah di kantong. Cumi sendiri kan mewah ya untuk mahasiswa. Tapi meskipun affordable, tetep rasanya berani diadu dan tak kalah dengan menu resto,” kata Wino.

 

Bagi kalian yang malas datang langsung ke warung, tak perlu khawatir. Sego Nyumi sudah terdaftar di aplikasi Gojek kok. Jadi kalian tinggal pilih saja menu sesuai selera.

 

2.     Nasi Cumi Penjaringan

Seporsi Nasi Cumi Penjaringan: Nasi Babat (Foto: Mutqiyyah Rizqi)

 

Selain Sego Nyumi, pecinta cumi juga layak mencoba warung ini: Nasi Cumi Penjaringan. Warungnya berada di Blok AJ No 6 Jalan Tenggilis Mejoyo, Kali Rungkut. Nama Penjaringan di warung itu diambil dari daerah tempat tinggal pemilik warung, Ina Lisandi dan Ivan Cipta.

 

Setiap harinya Ina dan Ivan menjual tiga menu cumi hitam: nasi cumi komplet, nasi cumi paru, dan nasi cumi babat. Lantaran penasaran, penulis pun mencicipi seporsi nasi cumi babat.

 

Pada sendokan pertama, gurihnya bumbu cumi hitam langsung terasa di lidah. Daging cuminya terasa lembut. Saking lembutnya sampai tak terasa saat dikunyah. Kelembutan serupa juga dirasakan saat menggigit potongan dadu babat yang gurih. Nasi cumi ini terasa lebih nikmat dengan taburan mi dan tambahan udang. Porsi lengkap ini begitu maknyuss di mulut.

 

Uniknya, resep kelezatan cumi ini diperoleh Ivan sejak saat Sekolah Menengah Atas (SMA). Ivan yang jago masak ini awalnya mengeskplorasi resep dari rasa yang dikenangnya saat dia muda. Nasi cumi sendiri menjadi menu favorit di keluarga besarnya sejak dia kecil.

 

“Suami saya bisa masak sejak SMA. Dia masih ingat masakan cumi omanya. Dia nyoba-nyoba sendiri masak dan dikasih ke 12 orang sebagai tester. Eh, kata keluarga besar, enak. Akhirnya kami mencoba peruntungan di sini,” kata Ina Lisandi, Jumat, 9 April 2021.

 

Ina menyebut harga nasi cumi di kedainya tergolong miring. Pantas saja. Harganya di bawah Rp 30 ribu lo. Untuk nasi cumi komplet berisi nasi cumi, udang dan mi, dibanderol Rp 19 ribu. Sedangkan nasi cumi babat dan paru harganya hanya Rp 25 ribu. Nggak menguras kantong banget kan ya?

 

Untuk bisa menikmati nasi cumi ini kalian bisa datang langsung ke kedai ini setiap hari sejak pukul 11.00 WIB hingga 17.00 WIB. Jika kalian nggak ingin ribet, nasi cumi ini juga tersedia di Go Food kok.  

 

“Kami menyediakan tempat makan (tepak) untuk yang mau bungkus. Bentuknya tetap rapi kok. Jadi pengunjung nggak malu. Mereka juga nggak harus makan di sini terus. Ini bisa dimakan di mana aja,” kata Ina, perempuan asli Jombang itu.

 

Nasi Cumi Penjaringan ini juga menerima pesanan lo! Jadi, bagi yang ingin bikin meeting atau acara lainnya, bisa memesan di sini. Untuk informasi detail lainnya, bisa cek Instagramnya di @Kokocangkruk.

 

3.     Nasi Bakar Segodong

 

Seporsi Nasi Bakar Segodong Mixed Cumi Tuna (Foto: Husin Harun)

 

Rekomendasi nasi cumi enak lainnya adalah Nasi Bakar Segodong. Lokasinya di Food Arcade CG 2, No 11-12 GWALK Citraland. Kendati terbilang baru, dagangannya sering habis sebelum waktunya tutup, lo.

 

Pilihan namanya juga unik.  Segodong bisa berarti dua makna. Pertama, satu daun (segodong dalam bahasa Jawa). Kedua, sego, dong! Alias minta nasi dong.

 

Dipunggawai Husin Harun dan temannya Dodik Permana Putra, menu nasi di kedai ini cocok dijadikan santapan pagi, siang, atau malam.

 

Penulis mencoba kelezatan menu yang paling diminati: nasi bakar cumi tuna. Saat dihidangkan, aroma khas bau pisang yang baru dientas dari bakaran langsung menusuk hidung. Begitu daun ini dibuka, harum kemangi dan daun jeruk purutnya juga menyeruak. Setelah diratakan dengan sendok, aroma cuminya semakin menggoda.

 

Pada gigitan pertama, langsung terasa kelembutan cumi yang berpadu dengan tuna. Nasi terasa lebih lezat dengan campuran udang rebon dan juicy-nya tumis daun pepaya. Daun ini nggak pahit lo! Di nasinya sendiri terdapat aroma sereh dan lengkuasnya. Rupanya nasi ini dibumbui rempah asli Indonesia.

 

Husin mengombinasikan dedaunan nusantara agar cita rasa nasi bakar lebih spesial. “Masak nasinya kami pakai air santan. Kami tambah pula dengan daun jeruk, lengkuas, sereh, daun salam dan pandan. Agar nasi bakar ini lebih beraroma dan gurih,” katanya.

 

Awalnya Husin tak berniat membuka kedai. Lantaran belum ada pekerjaan, ia pun memutar otak. Mengingat kepiawaiannya dalam mengolah masakan sejak SMA, lantas terbersit ide untuk berjualan nasi uduk secara online.

 

Husin lalu memasarkan jualannya melalui Whatsapp. Rupanya sambutan pembeli positif. Husin selalu kebanjiran order dan customer-nya banyak yang repeat order.

 

Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyadari bahwa nasi uduk itu identik dengan sarapan dan hanya diminati di pagi hari. Ia berusaha mencari inovasi lain.

 

Setelah merenung cukup lama, pria kelahiran 1994 ini terinspirasi memilih nasi bakar. Bukan tanpa alasan ia memilih menu ini. Kata Husin, ide itu muncul karena ia pernah kecewa saat membeli nasi bakar cumi.

 

“Pernah beli nasi bakar cumi. Cuminya dikit dan kecil-kecil. Rasanya nggak enak. Akhirnya terlintas ide kenapa nggak bikin sendiri dan dijual. Toh ini bisa untuk sarapan, makan siang, dan makan malam,” katanya.

 

Setiap harinya pembeli bisa menikmati penganan ini sejak pukul 07.00 WIB hingga 14.00 dan pukul 16.30 hingga 21.00 WIB. Namun kalian harus gercep nih. Biasanya nasi sudah habis sebelum waktu tutup.

 

Menu di Nasi Bakar Segodong ini juga tersedia di Go Food dan Grab Food lo! Harganya pun lumayan bersahabat, mulai dari Rp 16 ribu hingga Rp 25 ribu.