Jumat, 17 Juni 2022

Manusia Medioker

Disclaimer, tulisan ini dibuat murni tanpa tujuan menyindir. Murni pemikiran pribadi yang terinspirasi dari fenomena sehari-hari. Fenomena ini ada sangat dekat dengan kita karena berada di lingkungan sekitar. Membaca tulisan ini semoga anda tidak bingung karena bahasane campuran, koyok es campur sing soouwwegger. Wkwkwkwk.

Tak perlu panjang lebar intro, jadi cus langsung saja. Memilih medioker sebagai diksi seakan-akan berkelas tinggi, sok-sok an, joss-markotop dan ala-ala pokoknya. Hahaha. Tapi kita tidak akan membahas alasan di balik pemilihan katanya tetapi lebih fokus mengulas pemaknaannya. Ehciyee. Be Ready everyone, ini medioker menurut perspektif awak, ceilehh.

Di zaman yang serba maju ini, teknologi berkembang pesat. Pasar bebas masuk. Persaingan kerja semakin ketat. Bahasa Inggris sudah biasa, sekarang fokusnya ke another foreign language. Eh tapi kok masih aja ada para hooman yang memilih menjadi medioker?

Di sini term medioker merujuk pada mindset alias pola pikir kolot dan primitif. Di mana ketika melihat sesuatu HANYA dari sudut pandang saja. Selain itu, para manusia masih saja suka menyuapi egonya dengan berbagai makanan lezat yang bikin dia kolesterol dan penyakit berat lainnya. Sungguh tak menyehatkan jiwa dan raganya.

Primitip kek gimana si? Salah satu contohnya adalah gampang judging ini itu. Itu jelek, itu bagus. Ini keren, itu nggak keren. Simpelnya underestimating something or someone adalah jalan ninjaku menuju surga, hahahaha. Kok bisa anda menghakimi orang lain dengan ini itu, anda sesempurna itu? anda tuhan? Cry*. Hanya tuhan loh yang berkuasa bilang ini baik ini nggak, karena tuhan tau hal ghaib yang manusia nggak tau. Salah satunya masa depan kita. Buka mata dan jadilah seseorang yang open-minded, sosok berwawasan luas yang memiliki vibe positif. Jadinya nggak jago kandang, atau pemenang dengan cara menjatuhkan orang lain. Pecundang istilah halusnya. Lawan medioker ini dengan take a risk, take a chance, and breakaway. Berani jadi beda dan menghargai keputusan orang lain.

Medioker juga merupakan para manusia serakah, tamak, dan sii oportunis. Ya kale. Kalo kata Bruno Mars mah you take, take it all but you never give. Cuma memanfaatkan orang lain tanpa memberi treatment yang sama, alias menguntungkan sepihak. Membangun relasi itu penting, koneksi. Jadi, para medioker hanya dianggap sebagai benalu yang siap dibabat abis karena merugikan inang. Meskipun dalam Islam ketika berbuat baik dianjurkan tanpa berharap menerima embel-embel apapun, tapi kita masih manusia bos. At least, respect lah. Sama-sama menguntungkan.

Medioker selanjutnya adalah ketika melihat sesuatu hanya dari satu sudut panjang saja. Misalnya nih ada orang yang suka makan semangka merah. Terus ada yang bilang tuh, ih semangka merah manis tapi ga sehat. Sehat-an semangka kuning. Semangka merah menang warna doang lah, blab la tanpa mengupas esensi kandungan dari buah itu sendiri. Contoh lainnya adalah kala membuat keputusan dalam hidup tanpa memperkirakan jangka panjangnya. Atau tidak menempatkan dirinya di sepatu orang lain. Dalam peribahasa bahasa inggris ada petuah, “Put yourself on someone shoes”. Di sini sebenarnya kita dilatih dan dituntut untuk bisa berempati kepada orang lagi. Dengan cara menempatkan posisi kita dalam posisi orang lain. Tentunya dengan tidak memaksakan pandangan kita terhadap sesuatu. Mudahnya not feeding your ego too much. Hahahah

Medioker lainnya adalah dia yang selfish dan tidak mendengarkan ucapan orang lain. Yang dia pikirkan dirinya sendiri dan lagi lagi dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial we cannot deny we need to get along well with others. Ya kalo selfish gak papa sih. Tapi tinggalnya di hutan aja sama makhluk tuhan yang lain, jangan sama manusia.  hehehhe.

Memiliki gaya komunikasi yang jelek juga termasuk dalam kategori medioker abad ini. Karena eh karena, komunikasi berperan penting dalam banyak hal. Salah komunikasi menyebabkan gagal paham dan misunderstanding. Pesannya gak sampe dan jadinya carut marut kacau balau karena gak sinkron. Si A minta anggur ijo, eh dikasihnya apel merah. It’s terrible dude. Jadi, yok molai sekarang belajar komunikasi yang baik dan ber-attitude, heyya asyeeq.

Oke-oke, masih ada tipe medioker lainnya? Jelas ya. Medioker terakhir versi saiyah adalah mereka yang mendewakan dirinya sendiri dan melupakan tuhannya. Segala yang dia alami, dia rasakan, dia lalui, dia pikirkan sendiri seolah-olah dirinya mampu menahan semuanya. Walhasil menjadikannya sebagai manusia tak bergairah, penuh tekanan, tak bahagia, dan ingin mengakhiri hidup saja. Weitss, jangan sampai, Naudzu billah. Terkesan muna dan naif ya, hahahah. One thing I learn in life is, kita mengaku bertuhan tapi kita nggak seyakin itu sama tuhan kita. Kok bisa?

Kita kurang ilmu agama dan lagi-lagi menjadi budak dunia. Padahal tuhan sudah jelas mengatakan dalam kitabnya, manusia akan diuji. Cara lolos dari ujian itu adalah sabar dan solat. Sebab, Tuhan yang Maha Kuasa. Tuhan yang mengatur segalanya. Manusia berencana, manusia bertindak, Tuhan berkehendak. Jadi jadi jadi, bagaimana caranya agar tidak menjadi manusia medioker? Kembalikan semuanya dengan menggantungkan hidup kita ke tuhan. Tetap lakukan yang terbaik dan selalu optimis dan bersemangat. Menerima dan ridho atas segala keputusan tuhan. Rajin bersyukuuur daaan perlakukan manusia selayaknya manusia. Bismillah, pasti bisa!

Sekian tulisan ini, kurang lebihnya mohon maaf dan semoga bermanfaat. Aamiin aammin.