Jumat, 30 April 2021

Tugas Kuliah (Analisa In-depth Reporting)

 

 


Link berita.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180814003644-20-322019/ketika-soeharto-alergi-dengan-islam-dan-insya-allah

 

Di atas merupakan screenshot berita liputan khusus yang diproduksi oleh CNN Indonesia pada tahun 2018. Judul beritanya adalah Ketiga Soeharto “Alergi” dengan Islam dan “Insya Allah”.

Untuk membuat laporan in-depth sejatinya dibutuhkan beberapa syarat. Di antaranya sebagai berikut: sumber yang beragam (minimal dua), terdapat pemecahan angle atau sudut pandang lebih dari satu, laporan detail dan kompleks, dan adanya data pendukung (dokumen dan infografis).

 

Kelebihan Berita

Pada artikel berita ini terdapat setidaknya total 5 narasumber. Di mana tiga narasumber berasal dari wawancara langsung, yaitu Ketua Pengurus Besar NU Subhan ZE, Sejarawan Anhar Gonggong Anhar Gonggong, dan peneliti LIPI Asvi Warman Adam. Sedangkan dua sisanya didapat dari referensi buku. Antara lain Masashi Nishihara dalam kajiannya bertajuk Golkar and The Indonesian Elections of 1971 dan Zainuddin Djafar dalam Soeharto: Mengapa Kekuasaannya Dapat Bertahan Selama 32 Tahun.

 

Selain itu, yang tak kalah penting, dalam berita di atas sudut pandang berita dibagi menjadi 3. Di antaranya Soeharto dengan Insya Allah, Kendali order Baru dan Mendekati Islam. Terdapat keruntutan cerita di mana pada angle pertama membahas tentang Islam Soeharto yang dianggap abangan. Hal ini terlihat pada saat Soeharto tidak mau mendengar ucapan orang yang berkata Insya Allah. Selain itu dijelaskan oleh sejarawan Anhar jika Soeharto rupanya masih memegang kental tradisi kejawen dibanding Islam. Soeharto ternyata memiliki ketakutan sendiri terhadap partai Islam yang cukup berpengaruh di Indonesia. Jelasnya Soeharto takut kalah saing.

 

Pada angle kedua dibahas mengenai kendali Soeharto pada masa orde baru (orba). Di sini merupakan kelanjutan yang epic dari sudut pandang pertama. Saking takutnya terhadap pengaruh partai Islam, Soeharto menggabungkan partai Islam yang terdiri dari NU, Parmusi, PSSI, Perti ke dalam PPP. Untuk partai sekuler di luar Islam juga disatukan ke dalam partai Demokrasi Indonesia. Namun, yang menarik di sini Soeharto mengontrol pergerakan partai yang ada dengan cara halus. Soeharto melegitimasi kelompok politik yang tidak dianggap partai dan boleh mengikuti pemilu. Kelompok ini diberi nama Golongan Karya (Golkar). Di sini Soeharto menyertir partai yang ada dengan menjadikan Golkar sebagai satu-satunya alat politik dengan bantuan kaki tangan anak buahnya di militer.ABRI dan PNS yang ada pun hanya diperbolehkan memilih Golkar jika tidak ingin jabatannya dicopot.

Golkar juga mengganggu aktivitas politik PPP dan membatasi ruang geraknya. Bahkan di tingkat pedesaan, hanya Golkar saja yang bebas menjabat posisi penting di tingkat dusun. Akibatnya partai politik Islam pun kehilangan pamor dan ketenarannya dan eksistensinya meredup.  

 

Terakhir, pada angle ketiga dijelaskan Soeharto yang semula kontra dengan Islam tiba-tiba berbalik merangkulnya. Tak lain hanyalah dikarenakan Soeharto melihat peluang berkembanganya organisasi Islam yang diikuti banyak pengikut. Soeharto melihat organisasi Islam ini berpotensi menjadi penghimpun pasukan baru untuknya. Tempatnya untuk berpijak kembali. Rupanya hal tersebut ditengarai hubungan Soeharto dengan panglima jenderal ABRI, Leonardus Benjamin Mordani memburuk. 

 

Kekurangan

Kurang infografis, sehingga terkesan monoton dan kurang menarik. Hanya terdapat dua foto Soeharto saja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar