Tahun 2019 merupakan tahun
ketiga terselenggaranya Indonesia Initiative Leader Forum atau yang biasa
disebut IILF. Kali ini tema yang diusung adalah Innovation, Nation and
Revolution. Biaya untuk mengikuti kegiatan ini adalah 700 ribu untuk 3 hari 2
malam dan bertempat di Dodik Bela Negara, Lembang Cikole. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 8-10 November 2019.
Kegiatan ini merupakan agenda
semacam leadership camp yang digagas oleh sahabat inspirator Indonesia. Oke
langsung saja, jadi gimana ceritanya?
Awalnya aku tahu kegiatan ini
dari salah satu alumninya, mbak popy. Aku tertarik untuk mengikuti camp ini
karena ingin tahu rasanya gimana, kata mbak popy sih enak-enak aja banyak
temennya. Nah, beberapa tahun sebelumnya acara ini dihelat di Jogja, aku pikir
bakal diadain di Jogja lagi ternyata dipindah ke Bandung. Jujur, awal mulanya
aku agak sangsi. Satu, aku agak trauma dengan bandung karena pertama kali
kesana aku k.o. gegara masuk angina, gegara takut dan belum tahu medan bandung
yang sesungguhnya. Naik kereta ekonomi pulak. Dua, commitment fee sama biaya
tiket kereta yang super duperr subhanallah, kalau di total habis 1.7 juta hanya
untuk 3 hari dua malam. Pengennya sih extend tapi nggak bisa, karena sekarang
aku sudah nyambi kerja di kampus sebagai admin support. Antara berangkat dan
berangkat, ehh akhirnya berangkat juga. Okee, bandung here we go..
Perjalanan Di Kereta
Jadi aku kemarin naik
eksekutif, duduk disamping mas-mas baik hati yang sedikit terkesima kana bahasa
inggrisku, hahaha. Ya, waktu itu aku sok-sok an telpon temenku yang refugee dan
ngomong bahasa inggris. Setelah itu kita ngobrol banyak dan panjang lebar.
Sebenernya malam itu aku agak gusar, aku berangkatnya dari Jombang, karena aku
pingin bawa bekal dari rumah. Aku pikir aku bisa menikmati bekal yang sudah
disiapkan kakakku, yakni penyetan lele, buah pir dan buah anggur merah, eh
tertinggal.. Kan syedih.. waktu itu tertinggal gegara I was focusing on
listening to someone’s interview In which I will not mention who. Syedih sih,
sedih banget, makanan favoriku semua.. Tapi saat itu aku ingat kakak perempuan
iparku yang baik hati yang telah
membantu dengan memasakkan dan menyiapkan bilang, “Kalau Ikhlas akan diganti yang lebih
baik”. Disitu hatiku mulai sedikit tenang, walau tetep masih agak sedih.
Beberapa saat kemudian kereta datang di Stasiun Jombang. Walhasil berangkatlah
aku.
Di perjalanan, aku juga
membaca buku dan menghabiskan deadline novel 99 cahaya di langit Eropa karena
mau dibuat penelitian. Ternyata pas malem, laper.. pergi ke gerbong restorasi
pengen makan mie, eh ketemu bapak-bapak baik hati yang ngasih makan nasi
gratis. Modelnya kayak lemper tapi itu bentuknya nasi, isinya ayam. Aku lupa
namanya. Alhamdulillah rejeki, ada beberapa botol air minum kecil juga. Di
kereta, aku bolak balik ke toilet balurin v-fresh entah karena grogi atau
gimana. Pokoknya badan kerasa ga enak banget. Esoknya aku di traktir sama
mas-mas samping tempat duduk, Alhamdulillah rejeki anak sholeh. Pelajaran yang
bisa ku pertik dari perbincangan kami adalah, dalam dunia kerja, katanya, hal
yang harus kuperhatikan adalah Empati
dan Passion. Dia bilang, “Udah dua manajer loh yng bicara gitu ke aku”.
Well, oke noted bang kataku. Kata babang itu, passion hanya kita yang tahu dan
hanya dengan passion kita bisa maju melangkah mewujudkan mimpi-mimpi. Dengan
empati kita bisa tahu apa yang ada di kepala orang lain.
nasi kayak lemper*
novel yang kudu cepet rampung*
Di Bandung
Paginya, begitu sampai stasiun
bandung duuhhh seneng banget. Aku langsung menuju meeting point di Alun-Alun
Bandung. Aku disana order grab dan langsung cus.. Aku langsung naik kayak tank
gitu ada tulisan Dodik Bela Negara. Aku bertemu beberapa pemuda pemudi baru.
Kalau dilihat lihat dari orangnya sih, mereka jauh dibawahku dan ternyata
benar. Aku duduk disamping mahasiswa bernama Dirga asal Kalimantan. Dia jurusan
tehnik elektro UMY. Kita cukup lama ngobrol dan perjalanan menuju Dodik Bela
Negara bikin pusing karena ajalannya berkelok dan sedikit naik turun. Ya, saat
itu aku agak ga enak badan dan masuk angin. Tapi saat itu aku ijin panitian
kalo mungkin butuh istirahat dan lalala, sama kepanitiaan diijinin.
Tradadadaa, eh udah sampek di
Dodik Bela Negara. Ya, tempat ini meruapakan markas TNI. Gatau kenapa kok
mereka milihnya disini.
Hari Pertama
Aku sekamar dengan beberapa mahasiswa
junior yang cukup seru dan baik mereka, satu dari medan, satunya lagi dari
Lombok. Tapi mereka masih muda banget, jadi yaa aku ngeliatnya kayak bocah.
Agak sedikit tepar aku hari
pertama tapi alhamdulillah everything’s fine, pas sampe kamar aku istirahat
bentar terus mandi. Abis itu sholat dan makan. Untuk makannya, wadahnya lucu
banget.. wadah makannya tentara gitu. Berikut fotonya.
lucu ya wadahnya :D
Setelah itu dilanju pemaparan
dari materi, ada yang dari foundernya, ada yang dari salah satu professor ITB
dan yang terakhir dari TNI. Sebenernya kalau menurut aku isi materi yang
dibawakan gitu-gitu aja sih nggak ada yang baru, bahkan terkesan kurang relevan
dengan topic dan tema yang diangkat. Panitianya sebagian besar terkesan cuek
dan ga peduli, ada juga yang selengekan suka bercanda muluu bikin gedek dah.
Tapi aku mencoba memaklumi karena mereka masih muda banget. Tapi, meskipun
demikian, aku bersyukur mendapat kenalan temen dari sesame jawa yang seru,
namanya satria. Aku langsung nyambung karena kita ngobrol pake bahasa jawa nyel
dan pure. Hahah, terlebih he’s a photographer, lumayan bisa diminta tolong buat
moto-moto in. Oh anyway, berikut ini dokumentasinya
materi dari founder*
materi dari pak professor*
materi dari TNI
Hari Kedua
Hari kedua pagi-pagi jam 3
kebangun, gabisa tidur karena udaranya dingin banget dan menusuk tulang.
Walhasil bolak-balik ke toilet dan badan lemes.. Langsung nge chat panitia izin
gabisa ikut kegiatan karena udah 4x bolak balik masuk toilet, trus akhirnya di
kasih teh panas dan diizinin istirahat.
Hariitu full dari pagi sampe siang tidur di kasur ga ngapa-ngapain. Yang
bikin sedih, ga ada panitia yang nungguin, ga ada makanan, dan ga ada colokan
buat charging. Untungnya jam 3 roommate aku dating dan akhiranya di bawain
makanan. Panitia juga bawa makanan sama the panas. Sama dikasih Antangin. Hari
itu bener-bener parah, kalo di itung-itung aku ke toilet hampir 13x. Sedih dong
bayar mahal-mahal tapi gabisa ikut kegiatan, sampe malam ga bisa. Denger-denger
malamnya ada gerbyar ekspresi, kayak seru-seruan gitu tapi yaaa apa mau dikata
toh badan ga mendukung. Sedih banget sebenernya gabisa ngikuti seluruh kegiatan
dengan baik, tapi setidaknya aku dapat pelajaran,
“Jangan pernah takut akan masa
depan/hal yang belum terjadi. Belum tentu yang kamu bayangkan akan terjadi.
Jangan terlalu takut dan berpikir negatif. Jalani saja, semuanya akan baik-baik
saja”
Ya, saat itu aku memang
terlalu takut.. karena aku trauma dengan kedatangan pertamaku ke bandung. Aku
mikirnya jauh, aku gatau medannya. Bandung dingin, jalannya naik turun sama
berkelok-kelok kayak malang. Jujur selama hidupku, hal yang paling aku
antisipasi adalah pergi ke malang, karena alasan jalannya yang bikin mabuk
kendaraan. Nggak ke malang unless terpaksa banget.
Pelajaran kedua yang ku
dapatkan adalah
“Hati-hati saat berbicara.
Ucapan adalah do’a”
Saat itu aku bilang, aku cuma
pingin nyari alasan buat kabur dari rutinitas kampus sebagai mahasiswa dan
admin support karena aku sedikit bosan. Ternyata sama allah diiyakan, aku
terkapar dan gabisa ikut kegiatan. Ditambah negative mindset yang aku punya
sejak awal berangkat. Akhirnya benar-benar terjadi.
Hari Ketiga
City Tour
Nah ini nih yang menyenangkan,
city tour ke Bandung sambil beli oleh-oleh. AKu beli peyeum, sejenis fermentasi
singkong. Kalo di jawa mah namanya tape. Tapi itu khas buatan bandung. Beli pie
susu juga, khas lembang. Sianya pergi kemuseum geologi dan sorenya kita ada
deklarasi di Monumen perjuangan Jawa Barat.
perjalanan dari lembang cikole ke bandung naik bus*
Ini foto pas di Sky Walk Cihampelas
Kalo yang ini foto pas di dalam Museum Geologi
Ini foto pas ngemper depan museum Geologi
Malamnya aku sempat ketemu
salah satu teman dia baik banget, aku dibawain nasi sama anggur merah dan buah
pir. Sayang kita nggak punya waktu banyak.
So, To Sum Up :
Jadi kesimpulannya untuk biaya
700 dengan biaya tiket kereta ekse total 1 juta menurut aku yang didapertin ga
sebanding dengan biaya yang di keluarin. Nambah temen gak? Iya nambah tapi ga
banyak juga. Dari 100 peserta yang diterima hanya 25 yang real dateng. Itu
mungkin karena terkendala masalah biaya, jelas.. Uang segitu mah sayang banget.
Tapi setidaknya dalam perjalananku aku dapat banyak pelajaran hidup yang
membuat aku segar dan refreshed lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar