Disclaimer, tulisan ini dibuat murni tanpa tujuan menyindir. Murni pemikiran pribadi yang terinspirasi dari fenomena sehari-hari. Fenomena ini ada sangat dekat dengan kita karena berada di lingkungan sekitar. Membaca tulisan ini semoga anda tidak bingung karena bahasane campuran, koyok es campur sing soouwwegger. Wkwkwkwk.
Tak perlu panjang lebar
intro, jadi cus langsung saja. Memilih medioker sebagai diksi seakan-akan
berkelas tinggi, sok-sok an, joss-markotop dan ala-ala pokoknya. Hahaha. Tapi
kita tidak akan membahas alasan di balik pemilihan katanya tetapi lebih fokus
mengulas pemaknaannya. Ehciyee. Be Ready everyone, ini medioker menurut perspektif
awak, ceilehh.
Di zaman yang serba maju
ini, teknologi berkembang pesat. Pasar bebas masuk. Persaingan kerja semakin
ketat. Bahasa Inggris sudah biasa, sekarang fokusnya ke another foreign
language. Eh tapi kok masih aja ada para hooman yang memilih menjadi
medioker?
Di sini term medioker
merujuk pada mindset alias pola pikir kolot dan primitif. Di mana ketika
melihat sesuatu HANYA dari sudut pandang saja. Selain itu, para manusia masih
saja suka menyuapi egonya dengan berbagai makanan lezat yang bikin dia
kolesterol dan penyakit berat lainnya. Sungguh tak menyehatkan jiwa dan
raganya.
Primitip kek gimana si? Salah
satu contohnya adalah gampang judging ini itu. Itu jelek, itu bagus. Ini
keren, itu nggak keren. Simpelnya underestimating something or
someone adalah jalan ninjaku menuju surga, hahahaha. Kok bisa anda
menghakimi orang lain dengan ini itu, anda sesempurna itu? anda tuhan? Cry*. Hanya
tuhan loh yang berkuasa bilang ini baik ini nggak, karena tuhan tau hal ghaib
yang manusia nggak tau. Salah satunya masa depan kita. Buka mata dan jadilah
seseorang yang open-minded, sosok berwawasan luas yang memiliki vibe
positif. Jadinya nggak jago kandang, atau pemenang dengan cara menjatuhkan
orang lain. Pecundang istilah halusnya. Lawan medioker ini dengan take a risk,
take a chance, and breakaway. Berani jadi beda dan menghargai keputusan
orang lain.
Medioker juga merupakan
para manusia serakah, tamak, dan sii oportunis. Ya kale. Kalo kata Bruno Mars
mah you take, take it all but you never give. Cuma memanfaatkan orang
lain tanpa memberi treatment yang sama, alias menguntungkan sepihak.
Membangun relasi itu penting, koneksi. Jadi, para medioker hanya dianggap
sebagai benalu yang siap dibabat abis karena merugikan inang. Meskipun dalam
Islam ketika berbuat baik dianjurkan tanpa berharap menerima embel-embel
apapun, tapi kita masih manusia bos. At least, respect lah. Sama-sama
menguntungkan.
Medioker selanjutnya adalah
ketika melihat sesuatu hanya dari satu sudut panjang saja. Misalnya nih ada
orang yang suka makan semangka merah. Terus ada yang bilang tuh, ih semangka
merah manis tapi ga sehat. Sehat-an semangka kuning. Semangka merah menang
warna doang lah, blab la tanpa mengupas esensi kandungan dari buah itu sendiri.
Contoh lainnya adalah kala membuat keputusan dalam hidup tanpa memperkirakan
jangka panjangnya. Atau tidak menempatkan dirinya di sepatu orang lain. Dalam
peribahasa bahasa inggris ada petuah, “Put yourself on someone shoes”.
Di sini sebenarnya kita dilatih dan dituntut untuk bisa berempati kepada orang
lagi. Dengan cara menempatkan posisi kita dalam posisi orang lain. Tentunya
dengan tidak memaksakan pandangan kita terhadap sesuatu. Mudahnya not feeding
your ego too much. Hahahah
Medioker lainnya adalah
dia yang selfish dan tidak mendengarkan ucapan orang lain. Yang dia pikirkan
dirinya sendiri dan lagi lagi dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial we cannot
deny we need to get along well with others. Ya kalo selfish gak papa
sih. Tapi tinggalnya di hutan aja sama makhluk tuhan yang lain, jangan sama
manusia. hehehhe.
Memiliki gaya komunikasi
yang jelek juga termasuk dalam kategori medioker abad ini. Karena eh karena, komunikasi
berperan penting dalam banyak hal. Salah komunikasi menyebabkan gagal paham dan
misunderstanding. Pesannya gak sampe dan jadinya carut marut kacau balau
karena gak sinkron. Si A minta anggur ijo, eh dikasihnya apel merah. It’s terrible
dude. Jadi, yok molai sekarang belajar komunikasi yang baik dan ber-attitude,
heyya asyeeq.
Oke-oke, masih ada tipe medioker
lainnya? Jelas ya. Medioker terakhir versi saiyah adalah mereka yang mendewakan
dirinya sendiri dan melupakan tuhannya. Segala yang dia alami, dia rasakan, dia
lalui, dia pikirkan sendiri seolah-olah dirinya mampu menahan semuanya. Walhasil
menjadikannya sebagai manusia tak bergairah, penuh tekanan, tak bahagia, dan
ingin mengakhiri hidup saja. Weitss, jangan sampai, Naudzu billah. Terkesan
muna dan naif ya, hahahah. One thing I learn in life is, kita mengaku
bertuhan tapi kita nggak seyakin itu sama tuhan kita. Kok bisa?
Kita kurang ilmu agama
dan lagi-lagi menjadi budak dunia. Padahal tuhan sudah jelas mengatakan dalam
kitabnya, manusia akan diuji. Cara lolos dari ujian itu adalah sabar dan solat.
Sebab, Tuhan yang Maha Kuasa. Tuhan yang mengatur segalanya. Manusia berencana,
manusia bertindak, Tuhan berkehendak. Jadi jadi jadi, bagaimana caranya agar
tidak menjadi manusia medioker? Kembalikan semuanya dengan menggantungkan hidup
kita ke tuhan. Tetap lakukan yang terbaik dan selalu optimis dan bersemangat.
Menerima dan ridho atas segala keputusan tuhan. Rajin bersyukuuur daaan perlakukan
manusia selayaknya manusia. Bismillah, pasti bisa!
Sekian tulisan ini, kurang
lebihnya mohon maaf dan semoga bermanfaat. Aamiin aammin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar