*Disclaimer: Tulisan ini terinspirasi dari perjalanan hidupku hari ini. Datang ke RS Kauvery untuk kedua kalinya untuk mengecek apa yang terjadi. Ngerepotin Khusbu dan Mbak Reta. Sempat mewekk akibat pagi hari mimpi ketemu ayah. Lelah dengan semua yang aku rasakan, aku memutuskan berdamai dengan keadaan.
Bisa
dibilang hari-hari ini aku sempat kehilangan diriku sendiri. I don’t know who I
am, I don’t know what I want, bener-bener literally kayak kehilangan arah.
Everything happens so fast. Mulai dari kepergian ayah, proses seleksi beasiswa
S2 di India, persiapan berangkat, hingga mendarat di Gandhi Land.
Iya,
aku merasa proses kemarin belum selesai. Grieving ditinggal ayah pergi masih ku
rasakan sampai sekarang. Aku belum bisa berdamai dengan diriku sendiri. Ya,
masih ada rasa penyesalan karena kepergian ayah yang begitu cepat. Aku merasa
gagal menjadi anak. Aku tidak menemaninya dengan layak di sisa akhir hidupnya,
heyaaa, ngetiknya sambil mewek.
Sampai
di India tak sendah yang ku bayangkan. Mulai dari perkuliahan yang begitu sulit
ku pahami. Teman India yang selalu pakai bahasa Hindi, hingga makanan yang bikin
nanges karena gak sesuai dengan perut dan mungkin lidah kita. Belum lagi
apa-apa di India yang serba lelet dan lemoot. Masya allah, bener-bener menguras
emosi sekalee. Ngurus sim card dari jam 11 siang hingga jam 4 sore. Sistem
administrasi serba ribet, masya allah, bikin ngelus dada setiap hari.
Dari
semua itu akhirnya badanku memilih give up dan melambaikan tangan pada kamera.
Ya, tubuhku mulai ringkih. Perutku meronta kesakitan akibat setres yang aku
rasakan, ya setres itu aku pikul sendiri. Sempat USG ke dokter katanya kena
polisistik apa gitu yang nyebabin mensnya nggak lancar. Eh sekali haid keluarnya
sampai tiga minggu. Ditambah lagi ada kombinasi semacam gastro blab la yang
ngebikin perut sakiit banget. Ya aku sangat menyadari ini ulah ku sendiri,
akibat terlalu setres dan overthinking.
I
am so lucky karena hari ini bisa menelpon Jelita dan menceritakan keluh
kesahku. Jelita, sahabatku sejak kuliah S1 dengan wisdomnya mengingatkanku akan
sesuatu, sesuatu yang membuka mataku. Terlebih pikiranku. Ya, malam ini aku
berdialog lagi dengan diriku sendiri tentang apa yang ku mau dan tentang apa
yang ku rasakan.
“Nggak
papa jika kamu memang merasa bersalah, kamu memang melakukan itu. Tapi itu
sudah berlalu, kamu mau apa? Rasa bersalahmu tidak akan mengubah keadaan!”
“Kehidupan
setelah mati adalah kehidupan terindah di mana makhluk akan bertemu dengan
Tuhannya. Ayahmu sudah bahagia dan tidak perlu menderita akibat tak bisa
menahan kepahitan hidup”.
“Tuhan
lebih menyayangi ayahmu, jangan membebani kebahagiaannya di alam sana. Ayahmu
sudah tenang dan bahagia,”
“Semua
yang terjadi di sekitarmu tidak bisa kamu kontrol. Mereka bukan tanggung jawabmu.
Relakan segala sesuatu yang memang tidak bisa kamu atur, let them go. Bukan
urusanmu dan bukan kewajibanmu memperbaiki sesuatu hal rusak yang tidak kamu
lakukan”
“Kamu
harus beryukur. Kamu beruntung bisa sejauh ini, nggak banyak lho yang bisa mendapatkan
beasiswa ini. Kamu harus kembali fokus pada hidupmu, itulah salah satu caramu
mensyukuri nikmat yang telah diberikan tuhanmu”
“Hiduplah
di masa sekarang. Jalani apa yang ada di depan mata. Maafkanlah masa lalu, dan
jangan terlalu mengkhawatirkan masa depan. Ada tuhan yang selalu di sisimu”
“Hiduplah
secara nyata, jangan di dunia maya. Kamu manusia, bukan mesin pemajang
kebahagiaan di media onlen, wakakakakka”
“Kamu
tidak sendirian. Ada Tuhanmu yang selalu menjaminmu. Tuhanmu yang maha kuasa
mampu mengatur alam ini dan seisinya, masak mengatur hidupmu saja tak bisa?”
“Aku
tahu kamu memang merasa sendirian. Aku tahu kamu memang lelah dan ingin segera
menikah dan bertemu jodohmu. Tapi, bukankah kamu mau menikah hanya sekali? Bukankah
kamu mencari sosok yang tepat dengan memantaskan diri? Santai aja lagi, jangan
terburu-buru”
“Nikmati
hidupmu saat ini,” kata Pakaaa yang sudah kuamini, wakakakak.
“Kamu
punya value, someone harus notice itu. Jika tidak, he’s not your man, sesimpel
itu”
“Lakukan
apapun yang kamu mau. Kamu berhak bahagia”
“Jangan
pernah berekspektasi apapun pada orang lain, fokuslah pada dirimu sendiri”
“Semangat
sembuh, kamu pasti bisa. It takes time indeed, santai saja. Nikmati prosesnya,
seize the day”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar