Waktu itu saya ingin sekali pergi keluar negeri untuk
pertama kalinya. Untungnya saya memiliki teman yang sering travel sebagai
backpacker, sehingga pengalaman itu pun saya dapatkan.
10 November 2016, tepat beberapa bulan setelah saya lulus
dan wisuda untuk diploma 3 saya, saya pergi ke luar negeri untuk pertama
kalinya. Perasaan saya sudah campur aduk nggak karuhan, excited dan terbayang
baying bagimana ya singapura itu.. Saya pertama kali take-off dari bandara
Juanda Surabaya menggunakan jetstar, waktu itu pukul 2 siang. Seingat saya saya
menginjakkan kaki pertama kali di Changi pukul 5 sore. Oh ya, ini pun juga
pertama kalinya saya refill air minum di bandara yang airnya drinkable, serta
pergi ke toilet yang tidak ada airnya sama sekali, cuma tersedia tisu L. Inilah foto
saya ketika di Changi.
Di Changi pemandangannya sungguh menakjubkan, saya
benar-benar terkagum. Untuk keluar dari Changi menuju hostel tempat saya
menginap cukup dibutuhkan waktu lama. Pada pukul 7 malam saya tiba di hostel,
saya langsung check in dan menaruh barang. Setelah itu saya makan, dan pergi
menuju patung merlion untuk pertama kalinya. Perjalanan menuju patung merlion
benar-benar melelahkan, jauuuuh banget. Kaki sampai gempor.
Sesampainya di hostel yakni pukul 12 malam, pas masuk kamar
saya kagetnya bukan main. Ternyata kamar saya yang dipesankan teman saya adalah
mixed-dorm, dimana ada laki-laki dan juga perempuan. Tepat di depan ranjang
saya, ada pasangan bule yang tidur bareng dan sedang bercanda. Itu adalah
pertama kalinya saya merasa aneh dan awkward banget, kikuk ngga tau harus
ngapain. AC nya dingin banget, lampu udah dimatiin, kalau ke toilet suara pintu
terdengar dan takut mengganggu penghuni lain. Akhirnya saya bersembunyi di
balik selimut dan saya merasa sangat berdosa, saya berdo’a dan saya sangat
tersiksa karena saya menahan pipis untuk waktu yang cukup lama, apalagi saya
menginap disitu selama 3 hari. Rata-rata waktu itu turisnya laki-laki, saya
berada di kamar pojok sendiri, perempuan, dan memakai kerudung lagi. Waktu itu
ada bule yang ramah ada juga yang tidak.
Ke-esokan harinya saya melanjutkan perjalanan untuk
menjelajah Singapur, yakni ke bugis, masjid sultan, haw par villa dan chinese
garden. Saya makan di salah satu restoran turki di dekat masjid sultan dan saya
memesan martabak dan es teh tarik. Saya sangat kelaparan, dan beberapa saat
setelah makan martabak tersebut perut saya mual dan mulas, ya , hal itu
dikarenakan bumbu martabak tersebut yang sangat kuat.
Ini merupakan foto sisa martabak yang tersisa dan es teh tarik yang ada. Rempah-rempah yang dipakai sangat menusuk perut, tapi untungnya selanjutnya saya merasa baikan dan bisa
melanjutkan perjalanan lagi. Setelah itu saya pergi ke haw par villa, disinya
terdapat banyak sekali patung-patung kaisar china. Lalu, ke chinese garden.
Disini tidak ada yang menarik, cuma terdapat replika monument ala-ala Cina. Dan
yang terakhir ke bugis, disini banyak sekali penjual dan rata-rata murah.
Disini saya membeli uncle ice cream, sayangnya rasanya kurang enak. Waktu itu
saya beli saya kacang merah.
Berikut merupakan foto ketika saya di haw par villa dan chinese garden.
Ke-esokan harinya, saya harus bangun shubuh buta untuk
menjemput teman Kamboja dari teman saya. Pas bangun, saya cukup kaget ketika
mendengar ada laki-laki Bule dan seorang perempuan yang berbisik-bisik dan kata
yang keluar yang saya ingat dari si perempuan tersebut adalah “You are crazy”,
dan dibalas oleh si bule, “ I know”. Dikarenakan lampunya gelap, saya sempat
melihat si bule ganti celana disitu. Setelah itu mereka berdua naik keatas
ranjang mereka dan tidur bersama. Waktu itu saya bingung, saya harus segera
bangun dan mandi untuk bergegas pergi tapi kalau saya bangun, si bule dan
perempuan itu bagaimana. Akhirnya, saya bangun dan mereka agak kaget pas tahu
kalau ada yang sudah bangun. Tapi ya sudahlah, saya lalu melanjutkan perjalanan
ke bandara Changi dan pergi ke sentosa. Di sentosa pun, sayangnya jauhhnya
minta ampun. Jalan nya jauh, saya sudah nggak kuat lagi dan menyerah. Saya
sempat menangis dan merasa berdosa sekali, karena selama saya di Singapur saya
tidak pernah beribadah sholat sama sekali. Pas saya kembali ke hotel, saya
sempat berbincang dengan salah satu bule dari UK dan aksennya syusaah banget.
Saya cuman meng-iya kan dan menganggukkan kepala. Disitu saya merasa sedih,
ternyata bahasa inggris saya nggak ada apa-apanya, bahkan teman saya yang
bahasa inggrisnya sangat bagus menurut saya pun masih kewalahan.
Berikut adalah foto ketika saya berada di dalam MRT, di sentosa island, patung merlion dan depan masjid sultan.
Pelajaran yang saya dapat selama di Singapur adalah,
Singapura untuk tata wilayahnya sangat rapi, terkenal sebagai Negara yang
sangat mana untuk turis asing dan dendanya sangat tegas. Di dalam MRT jika
makan atau minum bisa di denda dengan membayar uang yang cukup banyak, sama
halnya jika merokok di gedung dan tempat yang tertutup, serta fasilitas publik
yang lain. Orangnya sangat independden, orang tua renta tidak menjadi pengemis
tetapi penjual tisu dan jajan ringan.
Dan beberapa hal ini cukup berkesan buat saya selama hidup
saya. Disana banyak orang India, dimana dimata penduduk singapura sendiri india
dianggap sebagai kasta rendah karena kebanyakan orang India bekerja di singapur
sebagai pekerja kasar. Nah kita yang Indonesia, beruntung karena memiliki ras
yang hampir sama dengan melayu. Untuk urutan kastanya adalah Chinese, Melayu,
lalu India. Pas di singapur, saya sering dilirik oleh orang India, saya coba tanyakan
ke teman saya dan ternyata orang India menganggap saya sebagai orang Cantik
dimata mereka. Jadi buat orang Indonesia, standard kecantikan orang India
adalah gadis berkulit sawo matang seperti kita. Orang Singapura rata-rata kalau
jalan cepet-cepet, langkahnya gede-gede.. trus individualis banget.. awwwww…
Transportasi yang sering saya gunakan adalah MRT (kayak
kereta kommunternya Jakarta tapi ini super duper cepet dan otomatis), jujur
yang paling sangat saya benci dari Singapore adalah perjalanan nya. Dari MRT
dan ke tempat tujuan yang lain, saya diharuskan jalan ples mines 3 kilometer
dan itu cukup banget buat membuat kaki capek dan sempoyongan. Saya benar-benar
kapok. Mencari makanan halal pun susah, makannya nasi goreng muluuu.. pernah nyoba nasi ayam khas Indonesia tapi rasanya aneh.. belom lagi apa-apa mahal. Toiletnya ngga ada air
cuma tisu doang, dan.. disana saya tidak bisa sholat sama sekali. Tetapi, dari
kejadian tersebut, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, saya baru
menyadari bahwa Islam adalah agama sempurna yang mengatur semuanya,
keteraturan, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian.
Jadi, berdasarkan ulasan di atas, kalau ditanya apakah
Singapura patut untuk di coba? Menurut saya pribadi tidak. Saya lebih memilih
untuk menyarankan negara Malaysia atau Thailand yang nanti akan saya ulas di
tulisan saya yang selanjutnya.
Ini linknya: https://youtu.be/daDyqbDAUk4